Tim Dosen Prodi Magister Pendidikan Matematika FMIPA UNY Selenggarakan Bimtek bagi MGMP Matematika SMP di Kulon Progo

Tim Dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berkolaborasi dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten Kulon Progo untuk mengadakan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) yang berfokus pada pendekatan pembelajaran matematika dengan konsep Deep Learning. Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung di SMPN 1 Pengasih, Kulon Progo, pada tanggal 7 dan 21 Agustus 2025. Pertemuan pertama pada 7 Agustus dibuka dengan sambutan hangat dari Ketua MGMP Matematika SMP Kulon Progo, Bapak Sudaryanta, S.Pd., dan Kepala SMPN 1 Pengasih, Ibu Sri Harini, S.Pd., yang mengapresiasi inisiatif tim dosen UNY dalam menghadirkan inovasi pembelajaran. Tim dosen UNY yang bertindak sebagai narasumber terdiri dari Ibu Dr. Djamilah Bondan Widjajanti, M.Si., Ibu Endah Retnowati, M.Ed., Ph.D., dan Ibu Husna ‘Arifah, M.Sc., didukung oleh empat mahasiswa.

Pada sesi pertama, Ibu Endah Retnowati, M.Ed., Ph.D., memaparkan materi mengenai motivasi dalam pembelajaran matematika, khususnya berdasarkan teori Self Determination. Beliau menjelaskan dua jenis motivasi: Performance Based Motivation (fokus pada pembuktian kompetensi diri kepada orang lain) dan Mastery Based Motivation (fokus pada pengembangan diri). Disampaikan bahwa motivasi berbasis penguasaan (mastery) cenderung membuat individu lebih tangguh menghadapi kegagalan, sementara motivasi berbasis performa (performance) dapat membuat seseorang lebih mudah menyerah. Oleh karena itu, ditekankan pentingnya menanamkan pemahaman bahwa matematika memiliki makna dan manfaat yang relevan dalam kehidupan sehari-hari, didukung dengan pemberian motivasi yang mengarah pada pengembangan kompetensi diri.

Selanjutnya, Ibu Dr. Djamilah Bondan Widjajanti, M.Si., melanjutkan paparan dengan membahas Deep Learning dalam empat aspek utama. Beliau mengawali dengan menjelaskan tujuan pembelajaran matematika, yaitu untuk membentuk kemampuan berpikir logis, analitis, dan kreatif, serta memecahkan masalah sehari-hari. Selanjutnya, beliau mendefinisikan deep learning sebagai pendekatan yang holistik dan terpadu, yang menekankan pada penciptaan suasana belajar yang bermakna dan menyenangkan. Narasumber juga mengidentifikasi ciri-ciri kelas yang menerapkan deep learning, seperti siswa yang antusias, suasana kelas yang dinamis, dan hubungan guru-siswa yang harmonis. Aspek psikologis, seperti growth mindset, motivasi, dan emosi, juga dibahas secara khusus. Beliau mencontohkan Epistemic emotion—emosi yang dipicu oleh masalah kognitif—sebagai salah satu faktor yang memengaruhi pemahaman siswa. Deep learning selaras dengan pemahaman relasional, yang memungkinkan siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami konsep secara mendalam.

Guna memastikan pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna, narasumber menyampaikan beberapa pesan kunci kepada para peserta. Pesan tersebut mencakup rekomendasi untuk tidak memulai pembelajaran dengan definisi atau rumus, melainkan dengan masalah kontekstual yang realistis. Para guru juga dianjurkan untuk mengurangi pertanyaan "berapakah" dan "hitunglah," serta lebih berfokus pada "mengapa." Bagian pendahuluan, inti, dan penutup pembelajaran juga harus dipersiapkan dengan cermat. Sesi ini diakhiri dengan pemberian tugas kelompok kepada peserta untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa, kesulitan mencari contoh kontekstual, dan kendala dalam memotivasi siswa. Selain itu, terdapat penugasan untuk membahas materi statistika dan teori bilangan dalam rangka persiapan olimpiade matematika, yang akan dibahas pada pertemuan kedua oleh Ibu Dr. Nikenasih Binatari dan Ibu Husna Arifah, M.Sc. (HnR)